Serat optik
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat
dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil
dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser
atau LED[1]. Kabel ini berdiameter lebih
kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat
optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks
bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan
transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi.
Perkembangan
teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan
(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth)
yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak
dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian
serat optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi[2]. Pada prinsipnya serat optik
memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
Efisiensi
dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca.
Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat
optik.
Sejarah
Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak
digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan
Jerman mengawali eksperimen untuk mentransmisikan
cahaya melalui bahan yang bernama serat optik. Percobaan ini juga masih
tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai tidak bisa langsung
dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut
lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuawan
Inggris pada tahun 1958 mengusulkan
prototipe serat optik yang sampai sekarang
dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya.
Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika
para ilmuwan
Jepang berhasil membuat jenis serat optik
yang mampu mentransmisikan gambar.
Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati
gelas (serat optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras
itupun berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada
daerah frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali
frekuensi gelombang mikro.
Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan
merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat
rendah. Laser juga belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun,
pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah
pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak
titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter.
Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi,
kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang
sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga
konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup
mata normal akan dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.
Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan
awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga
tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan
akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih
20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik
mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tetapi pasti
atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.
Kronologi Perkembangan Serat Optik
- 1917 Albert Einstein
memperkenalkan teori pancaran terstimulasi dimana jika ada
atom dalam tingkatan energi tinggi
- 1954 Charles Townes, James Gordon, dan
Herbert Zeiger dari Universitas
Columbia USA, mengembangkan maser yaitu penguat gelombang mikro
dengan pancaran terstimulasi, dimana molekul dari gasamonia memperkuat
dan menghasilkan gelombang
elektromagnetik. Pekerjaan ini menghabiskan waktu tiga tahun
sejak ide Townes pada tahun 1951 untuk mengambil manfaat dari osilasi frekuensi tinggi molekular
untuk membangkitkan gelombang dengan panjang gelombang pendek pada gelombang radio.
- 1958 Charles Townes dan ahli fisika Arthur Schawlow mempublikasikan
penelitiannya yang menunjukan bahwa maser dapat dibuat untuk dioperasikan
pada daerah infra merah dan spektrum tampak, dan menjelaskan tentang
konsep laser.
- 1960 Laboratorium Riset Bell dan Ali
Javan serta koleganya William Bennett, Jr., dan Donald Herriott menemukan
sebuah pengoperasian secara berkesinambungan dari laser helium-neon.
- 1960 Theodore Maiman, seorang
fisikawan dan insinyur elektro dari Hughes Research Laboratories,
menemukan sumber laser dengan menggunakan sebuah kristal batu rubi
sintesis sebagai medium.
- 1961 Peneliti industri Elias Snitzer
dan Will Hicks mendemontrasikan sinar laser yang diarahkan melalui serat
gelas yang tipis(serat optik). Inti serat gelas tersebut cukup kecil yang
membuat cahaya hanya dapat melewati satu bagian saja tetapi banyak ilmuwan
menyatakan bahwa serat tidak cocok untuk komunikasi karena kerugian cahaya
yang terjadi karena melewati jarak yang sangat jauh.
- 1961 Penggunaan laser yang dihasilkan
dari batu Rubi untuk keperluan medis di Charles Campbell of the Institute
of Ophthalmology at Columbia-Presbyterian Medical Center dan Charles
Koester of the American Optical Corporation menggunakan prototipe ruby
laser photocoagulator untuk menghancurkan tumor pada retina pasien.
- 1962 Tiga group riset terkenal yaitu General Electric,
IBM, dan MIT’s Lincoln Laboratory secara simultan
mengembangkan gallium arsenide laser yang mengkonversikan energi listrk
secara langsung ke dalam cahaya infra merah dan perkembangan selanjutnya
digunakan untuk pengembangan CD dan DVD player serta penggunaan pencetak laser.
- 1963 Ahli fisika Herbert Kroemer
mengajukan ide yaitu heterostructures, kombinasi dari lebih dari
satu semikonduktor dalam layer-layer untuk mengurangi kebutuhan energi
untuk laser dan membantu untuk dapat bekerja lebih efisien.
Heterostructures ini nantinya akan digunakan pada telepon seluler
dan peralatan elektronik
lainnya.
- 1966 Charles
Kao dan George
Hockham yang melakukan penelitian di Standard
Telecommunications Laboratories Inggris mempublikasikan penelitiannya
tentang kemampuan serat optik dalam mentransmisikan sinar laser yang
sangat sedikit kerugiannya dengan menggunakan serat kaca yang sangat
murni. Dari penemuan ini, kemudian para peneliti lebih fokus pada
bagaimana cara memurnikan bahan serat kaca tersebut.
- 1970 Ilmuwan Corning Glass Works yaitu Donald Keck,
Peter Schultz, dan Robert Maurer melaporkan penemuan serat optik yang
memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Kao dan Hockham. Gelas yang
paling murni yang dibuat terdiri atas gabungan silika dalam tahap uap dan
mampu mengurangi kerugian cahaya kurang dari 20 decibels
per kilometer, yang selanjutnya pada 1972,
tim ini menemukan gelas dengan kerugian cahaya hanya 4 decibels per
kilometer. Dan juga pada tahun 1970, Morton Panish dan Izuo Hayashi dari
Bell Laboratories dengan tim Ioffe Physical Institute dari Leningrad,
mendemontrasikan laser semikonduktor yang dapat dioperasikan pada temperatur
ruang. Kedua penemuan tersebut merupakan terobosan dalam
komersialisasi penggunaan fiber optik.
- 1973 John MacChesney dan Paul O.
Connor pada Bell Laboratories mengembangkan proses pengendapan
uap kimia ke bentuk ultratransparent glass yang kemudian
menghasilkan serat optik yang mempunyai kerugian sangat kecil dan
diproduksi secara massal.
Proses
pengendapan uap kimia untuk memodifikasi serat optik
- 1975 Insinyur pada Laser Diode Labs
mengembangkan Laser Semikonduktor, laser komersial pertama yang
dapat dioperasikan pada suhu kamar.
- 1977 Perusahaan telepon memulai penggunaan serat optik
yang membawa lalu lintas telepon. GTE
membuka jalur antara Long Beach dan Artesia, California, yang menggunakan
transmisi LED. Bell Labs mendirikan sambungan
yang sama pada sistem telepon di Chicago dengan jarak 1,5 mil di bawah
tanah yang menghubungkan 2 switching station.
- 1980 Industri serat optik benar-benar
sudah berkibar, sambungan serat optik telah ada di kota kota besar di
Amerika, AT&T mengumumkan akan menginstal
jaringan serat optik yang menghubungkan kota kota antara Boston dan
Washington D.C., kemudian dua tahun kemudian MCI mengumumkan untuk melakukan hal yang sama.
Raksasa-raksasa elektronik macam ITT atau STL mulai memainkan peranan
dalam mendalami riset-riset serat optik.
- 1987 David Payne dari Universitas Southampton memperkenalkan
optical amplifiers yang dikotori (dopped) oleh elemen erbium, yang
mampu menaikan sinyal cahaya tanpa harus mengkonversikan terlebih dahulu
ke dalam energi listrik.
- 1988 Kabel Translantic yang pertama menggunakan serat
kaca yang sangat transparan, dan hanya memerlukan repeater untuk
setiap 40 mil.
- 1991 Emmanuel Desurvire dari Bell
Laboratories serta David Payne dan P. J. Mears dari Universitas
Southampton mendemontrasikan optical amplifiers yang terintegrasi
dengan kabel serat optik tersebut. Dengan keuntungannya adalah dapat
membawa informasi 100 kali lebih cepat daripada kabel dengan penguat
elektronik (electronic amplifier).
- 1996 TPC-5 merupakan jenis kabel serat
optik yang pertama menggunakan penguat optik. Kabel ini melewati samudera
pasifik mulai dari San Luis Obispo, California, ke Guam, Hawaii, dan Miyazaki, Jepang, dan kembali ke Oregon coast
dan mampu untuk menangani 320,000 panggilan telepon.
- 1997 Serat optik menghubungkan seluruh
dunia, Link Around the Globe (FLAG)
menjadi jaringan kabel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan
infrastruktur untuk generasi internet terbaru.
Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)
Berdasarkan penggunaannya maka SKSO dibagi atas beberapa generasi
yaitu :
Generasi pertama
(mulai 1975)
Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya,
terdiri dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi
sinyal listrik transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
gelombang, berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat
silika : sebagai penghantar sinyal gelombang repeater : sebagai
penguat gelombang yang melemah di perjalanan receiver : mengubah sinyal
gelombang menjadi sinyal listrik, berupa fotodetektor alat decoding : mengubah
sinyal listrik menjadi output (misal suara) Repeater bekerja melalui beberapa
tahap, mula-mula ia mengubah sinyal gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal
listrik, kemudian diperkuat dan diubah kembali menjadi sinyal gelombang.
Generasi pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi sebesar
10 Gb.km/s.
Generasi kedua
(mulai 1981)
Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi
tipe mode tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias
teras. Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang
gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua
mampu mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar
daripada generasi pertama.
Generasi ketiga
(mulai 1982)
Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser
berpanjang gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga
transparansinya dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai
1,6 mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi
beberapa ratus Gb.km/s.
Generasi keempat
(mulai 1984)
Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai
bukan modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang
sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak yang dapat
ditempuh, juga kapasitas transmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984
kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang,
generasi ini terhambat perkembangannya karena teknologi peranti sumber dan
deteksi modulasi frekuensi masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapat disangkal
bahwa sistem koheren ini punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang
akan datang.
Generasi kelima (mulai 1989)
Pada generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi
repeater pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari
sebuah diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat
optik dengan doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode
lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi
populasi*, sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam
serat, atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi
terangsang (stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah
akan diperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan
penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap
perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik
dulu dan seterusnya seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat
optik ini kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya
hanya dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah
menembus harga 50 ribu Gb.km/s.
Generasi keenam
Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton.
Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang
gelombang. Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda hanya
sedikit, dan juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12
detik dan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan,
sehingga sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri
dari beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing). Eksperimen
menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang masing-masing
membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat menjadi dua
kali lipat lebih banyak jika digunakan multiplexing polarisasi, karena setiap
saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah
diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.
Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang
panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu
bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian
digunakan untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar
pada waktu sampai di receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat
kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa
penggabungan ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu
menghasilkan suatu sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki
kapasitas transmisi yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang
sekecil-kecilnya yang jelas, dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat
dihindari lagi akan dirajai oleh teknologi serat optik.
Kelebihan Serat Optik
Dalam penggunaan serat optik ini, terdapat beberapa keuntungan antara lain
[3] :
- Lebar jalur besar dan
kemampuan dalam membawa banyak data, dapat memuat
kapasitas informasi yang sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per
detik dan menghantarkan informasi
jarak jauh tanpa pengulangan.
- Biaya pemasangan dan
pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan yang lebih tinggi.
- Ukuran kecil dan ringan,
sehingga hemat pemakaian ruang.
- Imun, kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik
dan gangguan gelombang radio.
- Non-Penghantar, tidak ada tenaga listrik dan percikan api.
- Tidak berkarat.
Kabel Serat Optik
Secara garis besar
kabel serat optik terdiri
dari 2 bagian utama, yaitu
cladding dan
core .
Cladding
adalah selubung dari inti (core). Cladding mempunyai indek bias lebih rendah
daripada
core akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari
core kembali kedalam core lagi.
Bagian-bagian
serat optik jenis single mode
Dalam aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan
resin
yang disebut dengan
jacket, biasanya berbahan
plastik. Lapisan ini dapat menambah
kekuatan untuk kabel serat optik, walaupun tidak memberikan peningkatan
terhadap sifat gelombang pandu optik pada kabel tersebut. Namun lapisan resin
ini dapat menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya
yang keluar dari selubung inti. Serta hal ini dapat juga mengurangi
cakap silang (
cross talk) yang
mungkin terjadi.
Pembagian serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :
1. Berdasarkan mode yang dirambatkan :
- Single mode : serat optik dengan
inti (core) yang sangat kecil (biasanya sekitar 8,3 mikron),
diameter intinya sangat sempit mendekati panjang gelombang
sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding
selongsong (cladding). Bagian inti serat optik single-mode terbuat
dari bahan kaca silika (SiO2)
dengan sejumlah kecil kaca Germania (GeO2)
untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk mendapatkan performa yang baik
pada kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya adalah sekitar 15 kali
dari ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis ini paling mahal,
tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35 dB per kilometer),
sehingga memungkinkan kecepatan yang sangat tinggi dari jarak yang sangat
jauh. Standar terbaru untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan G.657[6].
- Multi mode : serat optik dengan
diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan
terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya
bandwidth dari serat optik jenis ini.
2. Berdasarkan indeks bias core:
- Step indeks : pada serat optik
step indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.
- Graded indeks : indeks bias core
semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks,
pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded
indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena
pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan.
Kabel
serat optik
Pelemahan
Pelemahan
(
Attenuation)
cahaya sangat penting
diketahui terutama dalam merancang sistem telekomunikasi serat optik itu
sendiri. Pelemahan cahaya dalam serat optik adalah adanya penurunan rata-rata
daya optik pada kabel serat optik, biasanya diekspresikan dalam
decibel (dB) tanpa tanda negatif. Berikut
ini beberapa hal yang menyumbang kepada pelemahan cahaya pada serat optik:
- Penyerapan (Absorption)
Kehilangan cahaya yang disebabkan adanya kotoran dalam serat optik.
- Penyebaran (Scattering)
- Kehilangan radiasi
(radiative losses)
Reliabilitas dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan
BER
(
Bit error rate). Salah satu ujung serat
optik diberi masukan data tertentu dan ujung yang lain mengolah data itu.
Dengan intensitas laser yang rendah dan dengan panjang serat mencapai beberapa
km, maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan persatuan waktu tersebut
dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka, Jumlah kesalahan pada serat optik
yang sama dengan panjang yang berbeda dapat diperkirakan besarnya.
Kode warna pada kabel serat optik
Selubung luar
Dalam standarisasinya kode warna dari selubung luar (
jacket) kabel
serat optik jenis
Patch Cord adalah sebagai berikut:
Warna selubung luar/jacket
|
Artinya
|
Kuning
|
serat
optik single-mode
|
Jingga
|
serat
optik multi-mode
|
Aqua
|
Optimal
laser 10 giga 50/125 mikrometer serat optik multi-mode
|
Abu-Abu
|
Kode
warna serat optik multi-mode, yang tidak digunakan lagi
|
Biru
|
Kadang
masih digunakan dalam model perancangan
|
Konektor
Pada kabel serat optik, sambungan ujung terminal atau disebut juga konektor,
biasanya memiliki tipe standar seperti berikut:
- FC (Fiber Connector):
digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam
menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver. Konektor ini
menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang dapat diatur, sehingga
ketika dipasangkan ke perangkat lain, akurasinya tidak akan mudah berubah.
- SC (Subsciber Connector):
digunakan untuk kabel single mode, dengan sistem dicabut-pasang. Konektor
ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat diatur secara manual serta
akurasinya baik bila dipasangkan ke perangkat lain.
- ST (Straight Tip): bentuknya
seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC. Sangat umum
digunakan baik untuk kabel multi mode maupun single mode. Sangat mudah
digunakan baik dipasang maupun dicabut.
- Biconic: Salah satu konektor
yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber optik. Saat ini sangat
jarang digunakan.
- D4: konektor ini hampir
mirip dengan FC hanya berbeda ukurannya saja. Perbedaannya sekitar
2 mm pada bagian ferrule-nya.
- SMA: konektor ini merupakan
pendahulu dari konektor ST yang sama-sama menggunakan penutup dan
pelindung. Namun seiring dengan berkembangnya ST konektor, maka konektor
ini sudah tidak berkembang lagi penggunaannya.
- E200
Selanjutnya jenis-jenis konektor tipe kecil:
- LC
- SMU
- SC-DC
Selain itu pada konektor tersebut biasanya menggunakan warna tertentu dengan
maksud sebagai berikut:
Warna Konektor
|
Arti
|
Keterangan
|
Biru
|
Physical
Contact (PC), 0°
|
yang
paling umum digunkan untuk serat optik single-mode.
|
Hijau
|
Angle
Polished (APC), 8°
|
sudah
tidak digunakan lagi untuk serat optik multi-mode
|
Hitam
|
Physical
Contact (PC), 0°
|
|
Abu-abu,
|
Krem
|
Physical
Contact (PC), 0°
|
serat
optik multi-mode
|
Putih
|
Physical
Contact (PC), 0°
|
|
Merah
|
|
Penggunaan
khusus
|
|
|
|
|
Serat Optik di
Indonesia
Perkembangan serat optik di indonesia tidak lepas dari perkembangan sejarah
serat optik didunia, yang pada awalnya pertama kalinya ditemukan di jerman pada
tahun 1930 an. Pada saat itu serat optik belum dapat digunakan. Selanjutnya
pada waktu hampir bersamaan pada tahun 1950 an ilmuwan inggris dan jepang
berhasil membuat jenis serat optik yang mampu mengirimkan gambar. Saat itu
serat optik berupa serat kaca yang dibungkus lagi dengan serat lain. Penelitian
terus berlanjut hingga beberapa tahun berikutnya diketemukan serat optik yang
memiliki kemampuan memindahkan cahaya dengan kemurnian yang tinggi. Namun
demikian saat masih belum dapat dikatakan ideal. Penelitian selanjutnya adalah
dengan percobaan penggunaan material sehingga di ketemukan serat optik yang
memiliki kemampuan yang sangat bagus. Dan pada tahun 1980-an di mana serat
optik sudah mampu mentransmisikan gelombang cahaya dengan efesien maka lomba
indunstri serat optik dimulai.
Perkembangan jaringan serat optik di indonesia tidak terlepas dari
perkembangan industri telekomunikasi. Beberapa operator telekomunikasi dan
penyedia jasa multimedia tercatat telah menggelar jaringan fiber optik ini
yakni PT Telkom Indonesia, PT Indosat, PT Excel Komindo, dan Indonesia Comnet
Plus. Jaringan-jaringan ini telah mencakup beberapa pulau utama di indonesia
yakni jawa, bali sumatra, kalimantan dan sulawesi. Hingga saat ini, telkom
masih menjadi operator telekomunikasi yang memiliki jaringan fiber optik
terpanjang di indonesia yakni memcapai 13.600.
Dan sejarah perkembangan serat optik di indonesia tidak lepas dari muncul
nya perusahaan serat optik seperti STT dan STL yang punya peranan besar dengan
perkembangan serat optik indonesia selanjutnya. Tidak jelas kapan persis nya
dimulai sejarah perkembangan serat optik di indonesia. namun perkembangan
selanjutnya lebih mengarah pada pemmfaatan serat optik itu sendiri. Penggunaan
serat optik di indonesia mengalami perkembangan pesat hal ini di sebab kan
dengan serat optik, maka data yang di kirimkan lebih cepat dan akurat. Saat ini
penggunaan serat optik di indonesia di antara nya adalah untuk jaringan
internet,pengiriman data,telekomunikasi,perangkat pengintaian,dll.
Perusahaan penyedia jaringan serat optik indonesia saat ini ada banyak,di
antara nya adalah fiber optik Telkom, MNCTV, Biznet network dan first media.
Kelebihan internet yang menggunakan serat optik dibanding nirkabel adalah
koneksi lebih stabil dan pengiriman data jauh lebih cepat. Pemamfaatan serat
optik indonesia sebagai alat pengiriman data biasanya di gunakan di
pabrik,industri atau gedung,sehingga arus data jauh lebih lancar.
Telkom mengungkapkan hingga saat ini,peresentase kabel tembaga dab serat
optik berimbang.
“Sekarang posisi nya lima puluh persen kabel tembaga dan
lima puluh persen kabel serat optik” ujar Dian Rahmawan, Direktur Consumer
Service Telkom saat ditemui di acara fiber to the home conference. Telkom
mengklaim jaringan serat optiknya mengjangkau 7 juta rumah di indonesia. dian
meyakini kabel serat optik akan menjadi tumpuan layanan telekomunikasi dimasa
depan. “2020 akan pakai fiber (serat optik) semua.
sumber:
wikipedia